Sabtu, 26 Juli 2014

MJIB - 25. MAKAM KERAMAT "WALIPITU" BUKIT BEDUGUL





Bukit Bedugul : Makam Habib Umar bin Yusuf Al-Maghribi


Makam keramat ini milik Habib Umar bin Yusuf al-Maghribi. Lokasi makamnya di tengah area hutan cagar alam "kebun Raya Bedugul" milik Perhutani Bali di atas bukit Bedugul, Kabupaten Tabanan, Bali, melalui jalan setapak. Untuk pergi ke sana, peziarah harus jalan kaki melewati semak-semak di tengah hutan cagar alam tersebut, sehigga perlu membawa kapak, parang, sabit dan sejenisnya untuk membuat jalan setapak. 

Cagar Alam Kebun Raya Bedugul

Di lokasi ini terdapat dua makam yang menempati tanah seluas 4 x 4 M, terdiri dari makamnya Habib Umar dan makam pengikutnya. Mengingat lokasinya yang agak jauh di atas bukit, para peziarah biasanya tidak langsung ke sana, tetapi cukup kirim doa & Tahlilan di Masjid Besar Al-Hidayah, yang berlokasi + 200 meter arah barat daya lokasi Wisata Danau Beratan desa Candikuning Bedugul. 

 
Masjid Besar Al-Hidayah Bedugul

Proses Penemuan Makam. Penelusuran makam keramat ini berawal dari KH Toyib Zaen Arfin dan jamaah manaqibannya pada tahun 1993 M, ketika berkunjung ke Pondok Pesantren Alquran Raudlotul Huffadz pimpinan KHM Nur Hadi yang berlokasi di jalan Kediri kabupaten Tabanan. KHM Nur Hadi menginformasikan bahwa di atas bukit Bedugul terdapat makam salah satu auliya’ yang masih keturunan Rosululloh, bernama Habib Yusuf Al-Maghribi. Setelah ditelusuri, diteliti dan tentu saja melalui cara riyadhoh, lalu disimpulkan bahwa pemilik makam tersebut yang benar adalah bernama Habib Umar bin Maulana Yusuf Al-Maghribi. Beliau termasuk hitungan salah satu Walipitu Bali. Makam ini sebenarnya sudah lama ada, namun menurut keterangan dari beberapa tokoh masyarakat setempat, keberadaan makam ini baru saja ditemukan sekitar 40—50 tahun yang lalu oleh seorang pencari kayu bakar.

Danau Beratan Bedugul
 
Karomah Habib Umar bin Maulana Yusuf Al-Maghribi. Pada suatu hari, beberapa orang penduduk kampung Bedugul bersama-sama dengan KH Abdul Karim asal Malang Jawa Timur yang saat itu kebetulan di kampung itu mengadakan kerja bakti membangun cungkup makam Habib Umar bin Maulana Yusuf. Ditengah-tengah kerja bakti, datanglah beberapa petugas dari Dinas Kehutanan yang melarang mereka meneruskan pembangunan cungkup tersebut atas perintah atasannya (Kepala Dinas Kehutanan). Mereka terpaksa menghentikan pekerjaannya dan pulang ke rumahnya masing-masing. 

Selang beberapa hari, Kepala Dinas Perhutani yang beragama Nasrani tersebut tiba-tiba jatuh sakit tanpa penyebab yang jelas (orang Jawa bilang sakitnya karena “kuwalat”). Berbagai upaya pengobatan dilakukan, tetapi hasilnya nihil, bahkan semakin parah. Sampai pada suatu malam ia bermimpi diperintah oleh seseorang agar meminta maaf kepada beberapa penduduk Bedugul yang dilarangnya membangun cungkup makam tersebut, terutama kepada KH Abdul Karim.  Singkat cerita, ia meminta maaf kepada penduduk Bedugul, sekalipun dalam kondisi sakit dan secara khusus ia menemui KH Abdul Karim untuk minta maaf sekaligus minta obatnya. Permohonannya kepada sang Kyai dipenuhi, dan ia menyatakan persetujuannya untuk melanjutkan pembangunan cungkup, bahkan akan membantu segala keperluan yang diperlukan. Dengan takdir dan pertolongan Alloh, sakit yang diderita Kepala Dinas tersebut menjadi sembuh. Menurut shohibul hikayah, kejadian nyata ini merupakan salah satu bentuk karomah Habib Umar bin Maulana Yusuf Al-Maghribi yang muncul setelah wafatnya. 











Tidak ada komentar:

Posting Komentar