Kamis, 08 Agustus 2013

MJIB - 27. MAKAM KERAMAT KEMBAR "WALIPITU" DI KARANGASEM BALI



Makam Syekh Maulana Yusuf al-Baghdi al-Maghrib



Lokasi Makam di Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem (Amlapura), Bali.   Di dalam satu cungkup ada dua makam, yakni makam Habib Ali bin Zainal Abidin al-Idrus (wft. 1982 M) dan makam kuno yang kemudian diketahui milik, yang masih turunan ke-43 dari Rasulullah.
Kedua makam kembar tersebut dahulunya terletak di pelosok dan belum ada penerangan listrik, serta jauh dari jalan raya dan hampir tidak pernah dijamah oleh peziarah. Beberapa tahun yang lalu, lokasi kedua makam tersebut dipindahkan di dekat jalan Raya, sehingga mudah diziarahi. 
  

Proses penemuan Makam Walipitu Bali ke-4 dan ke-5. Pada awal tahun 1995 KH Toyib Zaen Arifin mendapatkan isyarah dalam riyadhohnya yang isinya agar menemui seorang  lumpuh alias tak dapat berjalan disebabkan usianya yang sangat tua. Karena dialah satu-satunya yang dapat menunjukkan dimana lokasi makam salah satu Walipitu di sekitar wilayah kabupaten Karangasem tersebut. Usaha mencari orang lumpuh dilakukan oleh Kiyai dan timnya selama kurang lebih 6 bulan di wilayah Karangasem, namun tidak ditemukan, sampai pada suatu hari mereka berjum’atan di Masjid desa Subangun. Sehabis jum’atan Kiyai dan tim bertanya kepada jamaah, barangkali ada orang yang mengetahui orang tua lumpuh yang akan menjadi petunjuk keberadaan seorang Waliyulloh. Ternyata tidak seorang pun yang tahu. Namun ada salah seorang jamaah, Bapak Ghufron, menegaskan bahwa orang lumpuh tidak ada di sini, tetapi kalau ingin mencari makam seorang habaib, dia akan sanggup mengantarkannya ke desa Bungaya Kanginan.
Mereka bersama-sama dengan Bapak Ghufron berziarah ke makam Habib Ali bin Zainal Abidin Al-Idrus (wafat pada 9 Ramadhan 1493 H/19 Juni 1982) di desa Bungaya Kanginan, diantar oleh putra almarhum, yakni Habib Muhdhor bin Ali Alydrus yang sekaligus menjadi juru kuncinya. Selesai berdoa dan berdzikir, KH Toyib melihat bahwa di sebelah malam Habib ada makam tua berupa tumpukan batu bata berserakan  dan tak seorang pun yang mengetahui siapa pemiliknya. 

Makam Habib Ali bin Zainal Abidin Alydrus

Makam kuno ini sejak jaman dulu sudah dikeramatkan masyarakat, diperkirakan berusia antara 350—400 tahun. Mengenai nama, sejarah, dan dari mana asalnya, tidak satu pun orang yang tahu, bahkan Habib Mukhdor sebagai juru kunci yang diwarisi dari abahnya (Habib Ali Zainal Abidin Alydrus) juga tidak mengetahui sejarahnya. Adapun tentang sejarah abahnya, yakni Habib Ali Zainal Abidin, Habib Muhdhor menjelaskan bahwa abahnya adalah seorang ulama besar yang arif bijaksana, luas ilmunya dan seorang muballigh yang sangat dihormati masyarakat dan menjadi rujukan dalam soal ilmu agama. Banyak santri yang mengaji kepadanya. Mereka tidak hanya berasal dari beberapa daerah di Bali, tetapi juga dari Lombok dan sekitarnya. Semasa hidupnya, beliau menjadi juru kunci makam kuno itu. Dua-tiga tahun menjelang wafatnya, beliau lumpuh tidak dapat berjalan disebabkan usianya yang sangat tua, dan setelah wafat, beliau dimakamkan di samping makan kuno tersebut.
Diantara Karomah dari pemilik makam tua ialah bahwa pada tahun 1963 M Gunung Agung meletus dan mengeluarkan lahar panas, menyemburkan batu besar dan kecil serta abu yang menjulang tinggi di angkasa, menyebar ke seluruh Pulau Bali, bahkan sampai ke wilayah Jawa Timur. Cuaca menjadi gelap gulita, siang hari berubah menjadi gelap pekat. Ini menunjukkan betapa hebat dan dahsyatnya letusan dan semburan yang dimuntahkan oleh Gunung Agung. Sebagian desa porak poranda, banyak rumah roboh, pohon-pohon besar banyak yang tumbang, hujan pasir dan batu kerikil  menggenangi pulau Bali. Uniknya, Makam tua yang di atasnya tertumpuk susunan batu merah yang ditata begitu saja tanpa diperkuat dengan semen pasir dan kapur, tidak berubah sedikit pun, bahkan tidak sebutir pasir pun yang menyentuhnya.
Dari kisah Habib Muhdhor tersebut, Kiyai Toyib dan timnya menyimpulkan, bahwa teka-teki tentang orang tua lumpuh yang dicari-carinya sudah terjawab, dan orang tua itu ternyata adalah Habib Ali bin Zainal Abidin Alydrus yang sudah wafat. Dengan begitu, makam Habib Ali seolah-olah secara langsung menjadi petunjuk keberadaan makam salah seorang Walipitu Bali di Karangasem, dan ternyata beliau adalah orang yang dikubur didalam makam tua yang letaknya berdampingan dengan makam Habib Ali Zainal Abidin. Oleh kerena itu, kedua makam Waliyulloh Karangasem ini kemudian disebut Makam Keramat Kembar.
Persoalannya, siapa pemilik makam tua tersebut?. Setelah melalui beberapa kali musyawarah dengan ulama’ ahli riyadhoh yang berkompeten di Jawa-Bali, serta penelitian dan riyadhoh maka terungkaplah bahwa pemilik makam kuno tersebut adalah Syekh Maulana Yusuf al-Baghdi al-Maghribi. Adapun tentang sejarahnya dan perannya dalam penyebaran Islam di Bali, masih belum ditemukan jawabannya. Wallohu a’lam bis-showab.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar